Ketika kita mendengar kata Toraja yang terbayang di kepala kita adalah tradisi yang unik yang dimilikinya, mulai dari kulinernya sampai dengan kebudayaanya. kali ini saya akan berbagi artikel tentang kemewahan ritual pemakaman di tanah Toraja.
Suku Toraja adalah suku yang menetap di bagian utara pegunungan Sulawesi Selatan. Populasinya di perkirakan sekitar 1 juta jiwa, dengan 500 jiwa masih tinggal di kawasan kabupaten Tana Toraja, Toraja Utara dan Mamasa. mayoritas suku toraja beragama kristen serta sebagian menganut Islam dan kepercayaan animisme yang di kenal dengan
Aluk To Dolo. atau sebagian kepercayaan dari agama hindu.
Kata toraja sendiri berasal dari bahasa Bugis. Toraja berarti "orang yang berdiam di negeri atas" sebenarnya ada banyak hal yang menjadikan terkenalnya toraja mulai dari Upacara pemakaman, rumah adat Tongkonan dan ukiran kayunya. Ritual pemakaman Toraja merupakan peristiwa sosial yang penting,
biasanya dihadiri oleh ratusan orang dan berlangsung selama beberapa
hari.
Dulu dalam masyarakat Toraja hubngan kelas sosial di bagi menjadi beberapa tingkatan: Bangsawan, orang biasa dan budak. Kelas sosial diturunkan melalui ibu. Tidak diperbolehkan untuk menikahi
perempuan dari kelas yang lebih rendah tetapi diizinkan untuk menikahi
perempuan dari kelas yang lebih tinggi. Ini bertujuan untuk meningkatkan
status pada keturunan berikutnya. Sikap merendahkan dari Bangsawan
terhadap rakyat jelata masih dipertahankan hingga saat ini karena alasan
martabat keluarga. Kaum bangsawan sendiri dipercaya keturunan dari surga, tinggal di
tongkonan, sementara rakyat jelata tinggal di rumah yang lebih sederhana (pondok bambu yang disebut
banua).
Budak tinggal di gubuk kecil yang dibangun di dekat
tongkonan
milik tuan mereka. Rakyat jelata boleh menikahi siapa saja tetapi para
bangsawan biasanya melakukan pernikahan dalam keluarga untuk menjaga
kemurnian status mereka. Rakyat biasa dan budak dilarang mengadakan
perayaan kematian. Meskipun didasarkan pada kekerabatan dan status
keturunan, ada juga beberapa gerak sosial yang dapat mempengaruhi status seseorang, seperti pernikahan atau perubahan jumlah kekayaan. kekayaan di hitung dari jumlah kerbau yang dimiliki.
Budak dalam masyarakat Toraja merupakan properti milik keluarga.
Kadang-kadang orang Toraja menjadi budak karena terjerat utang dan
membayarnya dengan cara menjadi budak. Budak bisa dibawa saat perang,
dan perdagangan budak umum dilakukan. Budak bisa membeli kebebasan
mereka, tetapi anak-anak mereka tetap mewarisi status budak. Budak tidak
diperbolehkan memakai perunggu atau emas, makan dari piring yang sama
dengan tuan mereka,atau berhubungan seksual dengan perempuan merdeka. hukuman bagi pelanggaran tersebuat adalah hukuman mati.
Sistem kepercayaan tradisional suku Toraja adalah kepercayaan
animisme politeistik yang disebut
aluk, atau "jalan" (kadang diterjemahkan sebagai
"hukum"). Dalam mitos Toraja, leluhur orang Toraja datang dari surga
dengan menggunakan tangga yang kemudian digunakan oleh suku Toraja
sebagai cara berhubungan dengan
Puang Matua, dewa pencipta.
Alam semesta, menurut
aluk, dibagi menjadi dunia atas (Surga) dunia manusia (bumi), dan dunia bawah. Pada awalnya, surga dan bumi menikah dan menghasilkan kegelapan,
pemisah, dan kemudian muncul cahaya. Hewan tinggal di dunia bawah yang
dilambangkan dengan tempat berbentuk persegi panjang yang dibatasi oleh
empat pilar, bumi adalah tempat bagi umat manusia, dan surga terletak di
atas, ditutupi dengan atap berbetuk pelana. Dewa-dewa Toraja lainnya
adalah
Pong Banggai di Rante (dewa bumi),
Indo' Ongon-Ongon (dewi gempa bumi),
Pong Lalondong (dewa kematian),
Indo' Belo Tumbang (dewi pengobatan), dan lainnya.
Dalam masyarakat Toraja, upacara pemakaman merupakan ritual yang paling
penting dan berbiaya mahal. Semakin kaya dan berkuasa seseorang, maka
biaya upacara pemakamannya akan semakin mahal. Dalam agama aluk, hanya
keluarga bangsawan yang berhak menggelar pesta pemakaman yang besar. Pesta pemakaman
seorang bangsawan biasanya dihadiri oleh ratusan orang dan berlangsung
selama beberapa hari. Sebuah tempat prosesi pemakaman yang disebut
rante
biasanya disiapkan pada sebuah padang rumput yang luas, selain sebagai
tempat pelayat yang hadir, juga sebagai tempat lumbung padi, dan
berbagai perangkat pemakaman lainnya yang dibuat oleh keluarga yang
ditinggalkan. Musik suling, nyanyian, lagu dan puisi, tangisan dan
ratapan merupakan ekspresi duka cita yang dilakukan oleh suku Toraja
tetapi semua itu tidak berlaku untuk pemakaman anak-anak, orang miskin,
dan orang kelas rendah.
Rambu Solo adalah upacara pemakaman yang bertujuan untuk menghormati, dan menghantar orang yang meninggal dunia ke alam roh. Yaitu kembali bersama leluhur mereka di sebuah tempat peristirahatan. Puncak acara ini biasanya berada di sebuah lapangan khusus. Dalam acra ini terdapat beberapa ritual khusus, seperti pembungkusan jenezah, pembubuhan ornamen dari benang emas dan perak pada peti jenazah, penurunan jenazah ke lombang untuk di semayamkan, dan proses pengungsungan jenazah ke tempat peristirahatan.
Selain itu dalam upacara ini terdapat beberapa atraksi budaya yang di perlihatkan, seperti adu kerbau. Kerbau-kerbau yang sebelumnya akan di korbankan terlebih dahulu di adu. Ada juga pementasan tarian dan musik khas Toraja.
Kerbau di sembelih dengan cara di tebas dengan sekali tebasan di lehernya, ini merupakan cirikhas penyembelihan di Tana Toraja. Kerbau yang di sembelih bukan sekedar kerbau biasa, tetapi kerbau bule
tedong bonga yang harganya berkisar 10-50 juta atau lebih per ekornya.
sumber : wikipedia